Selasa, 20 Juni 2017

Rakor dan Buber

"Kamu tau?  Aku ingin menuliskan sesuatu. " kata Kanan pada si Kiri.
"Apa?" kiri mengelap keningnya.  Lalu mendekati Kanan.  "Menulislah.  Aku akan menemanimu."
"Kamu tak ingin tanya apa yang ingin kutulis?" Kanan tampak ragu.
"Kamu selalu begitu. Mengajak diskusi,  lalu kecapekan saat kamu harus menuliskannya.  Hasilnya?" Kiri mencerna.
Kanan tertawa,  lalu mereka asik menulis dan sesekali bercanda ria untuk merefresh otak dan menggali ide.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Ini adalah tentang hari ini, di penghujung sore tanggal 19 Juni 2016. Aku dan temanku, Mbak Uwik datang ke acara rapat koordinasi PKH kabupaten Pati.  Kami berdua memilih berangkat ke Pati secara boncengan.  Banyak alasan,  diantaranya adalah:
1. undangannya sore,  otomatis pulang malam.
2. Yang datang perwakilan dua orang.

Fiks,  jam 15.00 kami berangkat.  Jalan dengan kecepatan normal,  sedikit bersantai sembari menikmati udara sore.  Sesampai di lokasi,  belum dimulai.
"Alhamdulillah,  gak telat,  Mbak." ucapku.
"Iya.  Duduk dimana,  Dik?"
"Sini yuk mbak." ajakku memilih bangku nomor dua.  Iya,  nomor dua.  Kami tidak memilih deretan pertama meski masih ada beberapa yang kosong. Tanya kenapa? Biar bisa bolos. Haha
Tapi ternyata,  kami mengikuti acara sampai usai.  Alhamdulillah.  

"terus apa yang yang didapat?  Bisakah kamu menceritakan ulang?" tanya Kiri pada Kanan.

Kanan memutar otak,  lalu diperas agar ingatannya kembali menjuat tentang materi yang disampaikan tadi sore.  Secara,  Kanan sadar tadi sore Cenung tidak mencatat.  Atau, malah Cenung tidak memperhatikan.
Satu persatu si Kanan mulai mengurai.
"Kamu tahu?  Tadi rakor yang diisi oleh pak korwil dilakukan by gadget." Kanan mulai mengingat.

"Kok bisa?  Itu gimana?" Kiri penasaran.
"Biasa aja.  Jangan katrok gitu." Kanan mulai sombong.  "Materinya dikirim ke Grup WA.  Lalu didonlod.  Nah,  itu materinya.  Pak korwil menjelaskan."

"Oke, tentang apa?" Kiri nggak sabar dan sebal.

"Intinya adalah tentang mekanisme penyaluran bantuan PKH yang akan dikakukan secara non tunai.  Yang harus kita lakukan adalah:
- memastikan keluarga Penerima Manfaat (KPM)  bisa hadir saat pembukaan rekening.
- memastikan semua data dukung KPM sudah cocok dengan data mandatory.
- melakukan edukasi kepada KPM terkait tata cara pengambilan uang bantuan di ATM,  terutama UNTUK KPM yang sudah tua dan belum tahu tata cara pengambilan uang di ATM.
- melakukan edukasi kepada KPM terkait tanggung jawab atas uang bantuan yang sudah dicairkan via rekening.  Artinya,  misalkan uang bantuan tahap 1 atau 2 sudah cair dan KPM meminta tolong kepada keponakan atau saudara untuk mengambilkan. Ternyata uang yang diberikan oleh saudaranya tidak sesuai dengan jumlah nominal yang seharusnya cair pada tahap tersebut,  maka hal tersebut bukan lagi tanggung jawab Pendamping."

Lalu kanan berhenti,  mengelus kening dan memandang gadget yang tak henti-hentinya mengabarkan ada pesan masuk.

"terus?" Kiri memukul kanan.  Kiri tak sabar mendengarkan lanjutannya.
"Duh,  bacalah sendiri.  Ini tak kasih materinya.  Nanti kalau gak paham tanyakan saja.  Teman-teman pasti siap bantu untuk menjawab.  Yang pasti,  beberapa tahapan sudah dilakukan." Kanan menyusupkan dirinya ke dalam kepala.

"Oiya,  usai materi,  acara ditutup.  Lalu adzan magrib berkumandang.  Terus para hadirin buka bersama.  Nikmatnya buka bersama,  meskipun beberapa ada yang memilih di teras dan di pinggiran mushola." Kanan berteriak dari dalam kepala.

Kiri pun mengejar kanan.

"Mbak,  gak makan?" tanya Cenung ke mbak Uwi yang masih membahas acara halal bi halal dengan teman-teman kawedanan.

"Di rumah saja,  kita pulang duluan wae yuk"
"Ayuk" Cenung menyetujui usulan mbak Uwi karena perut masih terasa kenyang.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Jumat, 07 April 2017

PASIR KELUARGA

Pasir.
 "Apa yang kalian ketahui tentang pasir?"
"Hitam,  kecil,  dan sebagai bahan untuk bangunan. "
Ya,  sayapun setuju.  Dan pasir merupakan bahan dasar untuk bangunan.  Lihat,  bangunan yang menjulang di kota-kota besar.  Tanpa pasir,  semua tak akan pernah jadi. Bahkan,  tanpa pasir setumpuk semen hanya akan teronggok di pojok ruang. 

Sama halnya dengan keluarga.  Keluarga lengkap adalah keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah,  ibu,  dan anak.  Tanpa anak,  sebuah keluarga akan terasa kurang utuh dan kurang sedap.  
Ya,  anak adalah kunci utama untuk bahagianya keluarga. 

Lalu,  ada apa dengan pasir dan anak?  
Jelas jauh.  Tapi ada satu hal yang bisa kita pelajari dari pasir.  Jika pasir adalah bahan dasar sebuah bangunan,  dan anak adalah kunci keutuhan dan kebahagiaan sebuah keluarga,  maka keduanya akan memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai kunci utama terbangun bangunan yang kokoh. 

Tapi,  e tapi....  Untuk membangun bangunan yang kokoh tidak semudah yang kita bayangkan.  Semua butuh proses dan takaran komposisi yang sesuai.  Jika saja kita memperlakukan pasir dengan semena-mena,  atau menambahkan pasir tidak sesuai takaran pasti akan banyak hal yang terjadi.  Apa?  Bisa jadi bahan bangunan terlalu lembek atau terlalu kasar sehingga tidak bisa menghasilkan bangunan yang kokoh.  Parahnya,  bangunan itu bisa ambrol.  
Dan mari kita coba.  Jika kita hanya bermain pasir.  Apa yang akan kamu lakukan dengan pasir?  Membuat gunung,  atau apa saja yang terbayang dalam fikir.  Lakukan saja!  Saya yakin,  akan tercipta kreasi yang indah jika kita melakukannya dengan penuh cinta dan kesabaran.  
Tapi  jika kita meremas-remas pasir yang ada, maka semua tak akan jadi apa-apa.  Hanya akan ada pasir yang berserakan atau bahkan beterbangan entah kemana. 

Begitu pula anak.  Jika dididik dengan porsi yang pas,  in sya Allah akan bisa menjadi insan sholih yang menguatkan kebahagiaan keluarga. Namun,  jika terlalu sering orang tua meremas anak baik dari fisik atau non fisik maka tak ayal lagi anak akan sakit secara fisik maupun mental layaknya pasir yang berserak tiada arti. 

Dan,  marilah membangun sesuai komposisi dengan penuh cinta dan kesabarab agar terbangun bangunan yang indah dan juga kokoh. 

Rabu, 05 April 2017

Klating, Wisata Air Terjun

Air terjun.
Siapa yang tidak ingin mengunjungi?
Bahwa di bawah air terjun fikir ini bisa jernih. Dengan cipratan air nun jernih semua kejenuhan bisa mencair sehingga dunia terasa indah.
Cukupkah disitu?
Jelas tidak! Banyak hal yang bisa didapat dari air terjun.
Coba lihat,  terkadang percikan yang dibawa air terjun menggambarkan emosi kehidupan.  Kadang pelan,  kadang datar,  kadang indah menggemericik,  tapi kadang membuncah luber entah sampai kemana.

Air terjun.
Bisa menjadi tempat wisata yang menyenangkan dan menenangkan.

Indah ya.
Lalu,  dimana bisa ditemukan air terjun?
Air terjun banyak ditemukan di daerah dataran tinggi.
Dan kita bisa menemukan air terjun di Kecamatan Pucakwangi - Kabupaten Pati.
Yakin?  Ini benar.  Jika selama ini pucakwangi dikenal daerah pinggiran yang tidak memiliki potensi wisata,  ternyata itu salah besar.
Yakin?  Sayapun begitu.  Saya asli putra Pucakwangi.  Selama ini banyak merantau. Jadi,  tidaklah kenal dengan Pucakwangi yang memiliki banyak potensi.  Salah satunya wisata air terjun Klating.

Di Pucakwangi mana sih saya kok gak pernah tau? "
Lokasinya lumayan dekat dengan kecamatan Pucakwangi.  Tepatnya di Desa Mojoagung.  Kalau mampir ke sini,  jangan lupa foto-foto juga di persawahan ya...

Papan pengumuman. 

Team survey😂



Sabtu, 18 Februari 2017

NHW #4 –Mendidik Dengan Kekuatan Fitrah

NHW #4 ini layaknya tamparan bagi saya agar  terbangun dari mimpi yang selama ini saya susun dengan indah. Ya, sepertinya kali ini saya tidak usah panjang-panjang dalam berceloteh. Karena yang saya butuhkan kali ini adalah harus introspeksi, koreksi, memperbaiki atau menyesuaikan, lalu bergegas melakukan dengan sepenuh hati.
Baik, saya harus menilik kembali mulai dari NHW#1 hingga NHW#3.

A.  Mari kita lihat NHW#1, apakah samapi harri ini anda tetap memilih jurusan ilmu tersebut di Universitas Kehidupan ini?
NHW#1 adalah mencari jawaban ilmu apa yang akan saya tekuni di universitas kehidupan. Di NHW#1 ilmu yang saya pilih adalah ilmu tentang menjadi ibu teladan yang memiliki rumah baca/ perpustakaan. ya, dengan saya memiliki dan menghidupkan rumah baca, maka dengannya saya ibsa bergerak melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dengan melibatkan anak sehingga saya bisa menjadi ibu teladan bagi anak saya.

B.  Mari kita lihat chekllist NHW#2, sudahkah kita belajar konsisten untuk mengisi checklist harian kita?
Belajar konsisten melaksanakan checklist yang sudah saya buat di NHW#2. Disini saya menyadari betapa sulitnya untuk bisa konsisten dalam kebaikan. Tapi saya bersyukur bisa ada di kelas Matrikulasi ini sehingga lecutan semangat untuk “memantaskan diri” selalu ada untuk diri ini. Semoga ke depan bisa terlaksana semua dengan baik.

C.  Baca dan renungkan kembali NHW#3, apakah sudah terbayang apa kira-kira maksut Allah menciptakan kita di muka bumi ini?
Saya adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki satu putra. Selain sebagai ibu rumah tangga, saya memiliki tugas sebagai fasilitator PKH. Kegiatan saya banyak bersama ibu-ibu. Karena tugas Fasilitator PKH adalah mendampingi ibu-ibu yang tergolong tidak mampu untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah dan bisa mengelola keuangan bantuan tersebut untuk anaknya yang masih balita dan usia sekolah dengan baik. Bersama ibu-ibu dampingan saya, kami bisa saling berbagi ilmu yang kami punya.
Hal lain, Kecintaan saya dengan buku mengantarkan saya agar bisa mengoleksi buku sebanyak-banyaknya untuk bisa mendirikan Rumah Baca. Harapan saya, dengan adanya rumah baca, akan bisa menumbuhkan minat baca anak dan juga memberi kemudahan ibu-ibu yang membutuhkan buku baik buku tentang parenting ataupun buku lainnya sehingga kami bisa bermanfaat untuk masyarakat. Kegiatan yang saya buat di rumah baca saya laksanakan dengan melibatkan anak saya sehingga kami bisa sama-sama belajar.

Dari sini saya merasa menemukan visi dan misi dalam hidup, yaitu :
"menjadi ibu teladan bagi anak yang mampu meningkatkan minat baca anak-anak dan menyadarkan ibu-ibu tentang pentingnya pendidikan."

Bidang : Pendidikan Ibu dan Anak
Peran : Fasilitator, pustakawan

D.  Setelah menemukan 3 hal tersebut, susunlah ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan visi dan misi hidup tersebut.
1. Ilmu seputar pengasuhan anak
2. Ilmu seputar pengelolaan rumah baca
3. Ilmu tentang berbagi manfaat kepada banyak orang

E.  Tetapkan milestone untuk memandu setiap perjalanan anda menjalankan misi hidup.
Di tahun 2017 ini, dengan usia 29 saya akan memulai dari KM0. Adapun milestone saya adalah sebagai berikut :

1. 2017 menguasai ilmu pengasuhan anak
2. 2018 menguasai ilmu pengelolaan rumah baca
2019 menguasai ilmu tentang kemanfaatan 3. dan mampu bernbagi manfaat kepada banyak orang.

F.  Koreksi kembali checklist di NHW#2, apakah sudah anda masukkan waktu-waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas.
Akan segera saya perbaiki, dan saat ini sdang proses menikmati pelaksanaan checklist yang sudah tersusun.

G.  Lakukan, lakukan, lakukan, lakukan
Bismillah, dengan izin Allah semoga bisa.😊

Salam Ibu Profesional,

Nur Hasanah

Sabtu, 11 Februari 2017

MEMBANGUN PERADABAN DARI DALAM RUMAH NHW#3

Kelas Matrikulasi telah memasuki minggu ketiga, dan NHW #3 adalah tentang membangun peradaban dari dalam rumah. NHW #3 ini sangat luar biasa dan inspiratif. Kenapa? Karena dari sini saya harus mengembalikan masa dan rasa cinta seutuhnya dengan cara mengirimkan surat… Waaa hal ini menjadikan saya ingat saat masih gadis dulu. Saya dan suami pertama kali kenal di Desa kajen-Margoyoso-Pati pada tahun 2004. Saat itu kami masih sama-sama sekolah. Kami dikenalkan oleh seorang adik kelas yang kebetulan sudah seperti saudara suami sendiri. Saat itu kami belum pernah ketemu, hanya untaian suratlah yang menjadi penghubung komunikasi kami. Ya, ya. Surat cinta itu namanya. Tanpanya (surat cinta) hidup ini serasa ada yang kurang… Cieee
Hal itu berjalan lumayan lama. Setelah kami lulus dari sekolah, kami melanjutkan sekolah sesuai tujuan kami masing-masing. Dari sini, sudah tidak ada lagi surat cinta seperti biasa. Tapi, kami tidak lost contak. Masih ada cinta dalam jiwa. (Cieeeee). Dan ternyata, alat komunikasi semakin maju aj nih.
Dan Alhamdulillah,  tahun 2013 kami dipertemukan kembali dalam ikatan suci bernamakan pernikahan.
Kali ini, NHW#3 saya harus kembali membuat surat cinta. Alamakkk sangat deg-degan hati ini. Tapi e tapi, inginnya saya kasih langsung. Tapi, berhubung kami LDR, yasudah suratnya saya kirim via WA. Responnya? Aihh senang banget meski itu hanya via WA. 😉
Untuk membangun peradaban dari dalam rumah, saya harus mengenali potensi dan kelebihan yang dimiliki oleh keluarga saya.
Suami (Nuruddin, 30 tahun)
Suami saya termasuk suami yang sabar luar biasa karena bisa menghadapi saya yang penuh dengan kebawelan dan permintaan. Selain itu, beliau juga merupakan seseorang yang memiliki kesungguhan dalam melakukan suatu pekerjaan dan memiliki semangat yang tinggi. Suami saya memiliki keahlian sebagai Teknisi Komputer. Kesukaannya adalah memasang bongkar computer dan mesin-mesin lainnya. Keistimewaan beliau bagi saya adalah beliau merupakan suami yang menyayangi keluarga. Terbukti kesibukannya masih menyempatkan mengunjungi keluarga dan orang tua. Dan saat pulang ke rumah pasti selalu membantu kesaibukakn orang tua. Dan satu hal lagi yang menjadi tambahan penyedap kecintaan saya karena beliau suka memasak (ini masuk poin plus plus. Karena memiliki suami yang pintar dan suka memasak itu sangat membahagiakan, lho…).  Selain itu, suami memberi kepercayaan dan kebebasan istri untuk melakukan aktivitas yang dipilih, selama itu baik dan dilakukan secara konsisten.
Anak (Akmaluddin fachri Nur Ahmad, 2 tahun 7 bulan)
Fachri, dia adalah buah hati kami. Anaknya yang begitu lincah membuat kami selalu gemes. Si kecil Fachri sudah tau konsep diri meskipun belum begitu paham maknanya, yaitu “anak pintar dan lincah”. Selain lincah, Fachri anak yang ceria. Suka bercerita dan suka dibacakan cerita. Mainan yang sangat disukainya adalah main mobil-mobilan. Di usianya yang 2 tahun 7 bulan ini fachri sudah bisa diajak komunikasi dua arah, meskipun kadang ada beberapa yang belum bisa tertangkap dengan baik. Fachri bisa diajak kerjasama dengan baik. Hal ini terbukti saat Ayahnya mau berangkat kerja, Fachri ikut serta mengantarkan sampai depan rumah dan salim, cupika cupiki, jawab salam, dan dada. Begitu pula saat Bundanya mau berangkat kerja juga begitu, meski kadang rengekan kecil “Bunda di rumah saja..” sering terucap.
Istri (Nur Hasanah, 28 tahun)
Saya adalah istri yang masih banyak kekurangan. Inginnya jadi istri sholihah, penyabar dan menjadi ibu teladan. Tapi, dalam praktek untuk menjadi itu semua ternyata lumayan menguras tenaga. Lebih sulit dibanding ketika saya sedang menghadapi Ibu-Ibu dampingan saya. Tapi nih, kata suami, saya termasuk ibu yang baik. Alhamdulillah saya memiliki suami yang mendukung hobi saya. Saya suka sekali ketika anak minta dibacakan cerita. Kesenangan ini saya lengkapi dengan mengoleksi buku bacaan, baik itu Novel, buku anak atau lainnya. Harapan saya ke depan adlah agar saya bisa membuka Rumah Baca yang bisa dimanfaatkan oleh keluarga saya secara pribadi ataupun oleh Masyarakat umum secara gratis.



Tentang Lingkungan Tempat Tinggal saya
Saya bertempat tinggal di Desa Pelemgede RT 06 Rw 02, Kecamatan Pucakwangi Kabupaten pati. Daerah saya adalah perbatasan antara Kabupaten Pati dan BLora. Lumayan jauh dari pusat kota. Keadaan sekitar saya sekarang sudah lebih maju dari dahulu. Ruko-ruko sebagai pusat perbelanjaan sudah mulai didirikan sepanjang jalan. Di Kecamatan saya ada dua pasar yaitu Pasa Balong yang berlokasi di Kelurahan Pucakwangi dan pasar Soko yang berlokasi di Kelurahan Sokopuluhan. Aktivitas jual beli di pasar ini tidak setiap hari, namun terjadwal. Adapun jadwalnya adalah PON, KLIWON, dan PAING pasar Balong. WAGE dan LEGI pasar Soko. Siap-siap buka kalender saja kalo mau ke pasar.
Lembaga Pendidikan di tempat saya sudah ada kemajuan dari tahun ke tahun. Begitu pula, orang tua masa kini juga sudah mulai faham dan menyadari bahwa pendidikan itu sangat penting untuk masa depan anak. Sekarang sudah mulai banyak dibuka les belajar untuk anak-anak baik di sekolahan maupun secara individu. Melihat perkembangan ini sangat menyenangkan.
Namun sayang, perkembangan pendidikan yang ada di daerah (kecamatan) saya belum dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Misal saja perpustakaan. Di tempat saya belum ada perpustakaan umum yang memiliki banyak koleksi. Kalaupun itu ada, mungkin rumah baca yang dimiliki secara individu. Namun sayang, rumah baca yang ada masih belum aktif secara maksimal.
Jika bisa memilih, saya ingin ikut suami di Semarang. Tapi, dengan berbagai pertimbangan akhirnya kami mengambil kesepakatan seperti sekarang.
Sepanjang berjalannya waktu, Disini saya serasa menemukan intan permata. Saya menemukan sesuatu yang dulu belum saya tahu. Masyarakat yang begitu ramah, gotong royong yang masih kental terjadi di masyarakat kami. Saya juga menemukan antusias ibu-ibu yang mau belajar menulis dan membaca. Dan semangat saya dibakar dengan semangat anak-anak yang mau mampir ke rumah hanya ntuk sekedar membuka buku koleksi saya atau sekedar bermain bersama anak saya. Ya, sepertinya kami harus disini. Mendampingi ibu-ibu, membersamai anak-anak, dan juga berjuang bersama keluarga tersayang.
Semoga tahun 2017 ini kami bisa lebih baik. Amiin…

Salam Ibu Profesional,

Nur Hasanah

Sabtu, 04 Februari 2017

Indikator Profesionalisme Perempuan NHW #2

Bismillah. NHW #2 ini luar biasa. Membuat saya (sedikit banyak) kelabakan. Bagaimana tidak? Setelah memahami materi tentang tahap awal menjadi Ibu Profesional, Kebanggan Keluarga, maka tidak tanggung-tanggung kami diberi tugas belajar membuat “CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN” yang meliputi tiga hal.
Sebagai individu
Sebagai istri
Sebagai ibu
Saya benar kelabakan untuk mengerjakan ini. Bagaimana tidak? Dalam bayangan saya, professional adalah segala sesuatu yang perfect. Sedangkan saya? Sudah jelas, banyaklah kesalahan dan kekurangan saya. Tapi, saya tidak mau berfikiran jauh. Karena dalam membuat indicator di kelas #Matrikulasi Batch 3 ada kata kunci yang di singkat menjadi SMART (SPESIFIK, MEASURABLE, REALISTIC, dan TIMEBOND).
Sebelum saya menuliskan indicator, ada beberapa hal yang saya lakukan, yaitu sebagai berikut.
Indikator sebagai individu, jelas saya harus komunikasi dan kompromi dengan diri saya terlebih dahulu. Sekiranya apa yang akan saya tulis dan kedepan saya bisa melakukannya dengan baik.
Indikator sebagai istri, untuk yang satu ini jelas saya harus berkomunikasi dengan suami tersayang. Suami senang luar biasa dengan NHW #2 ini karena dengan ini suami bisa mengutarakan semua unek-uneknya. Ya, kata suami sih, saya sudah memenuhi standar sebagai seorang ibu yang baik. Tapi, sebagai seorang istri, masih banyak hal yang harus saya perbaiki. Suami saya juga mengatakan jika suami di rumah, bawaanya saya minta diperhatikan terus dan sepertinya saya gunakan sebagai alat “aji mumpung”. Satu hal lagi, terkadang saya marah tanpa sebab, dan itu menurut suami kedewasaan saya masih belum matang.
Sebagai ibu, berhubung anak saya masih kecil dan belum begitu paham jika diajak komunikasi tentang hal ini, maka saya ambil contoh ketika kami bermain bersama. Kadang, saya kebawa emosi jika si kecil rewel. Dan saat itu, si kecil akan bilang “ Bunda seng pinter” sembari mengelus alis yang hamper tertaut dikarenakan menahan emosi. Selain itu, saat saya akan berangkat kerja si kecil terkadang bilang “Ayi ikut” atau “Ibu tidak usah kerja”.
Nah, dari beberapa hal yang sudah saya tulis, maka saya akan menuliskan CHECKLIST INDIKATOR PROFESIONALISME PEREMPUAN yang (semoga) bisa saya jalan kan dengan baik dalam satu bulan ke depan dan seterusnya.
A.  Sebagai individu

1. Sholat di awal waktu
2. Melaksanakan sholat Dhuha dan dhuha 3. Sedekah dan menabung
4. One day One Juz
5. Tidak menunda pekerjaan
6. Semangat menambah ilmu dan wawasan
7. Berbakti kepada orang tua
8. Membaca dan menulis


B. sebagai istri
1. Patuh dan taat kepada suami
2. Tersenyum dan tampil cantik di depan suami
3. Memasak untuk suami dan keluarga
4. Mengatur keuangan
5. Membangun komunikasi yang baik
6. Sabar dan tidak marah tanpa sebab

C.  Sebagai ibu

1. Menjadi ibu yang sabar
2. Menyediakan waktu untuk anak saat tidak bekerja
3. Tidak mudah marah dan mengeluh
4. Mengajarkan nilai kebaikan
5. Mengajarkan sholat tepat waktu
6. Mengajarkan mengaji
7. Membaca buku dan bercerita setiap hari
8. Menjadi sahabat yang baik untuk anak



Alhamdulillah selesai sudah tugas NHW #2. Semoga indicator profesinalis ini tidak semata menjadi tulisan yang terabaikan. Semoga bisa menjadi acuan saya untuk bisa lebih baik ke depan.

Nur Hasanah.

Jumat, 27 Januari 2017

BUAH KETEKUNAN #NHW_1

Assalamualaikum.
Kembali, lagi-lagi saya kembali untuk menulis. Dan saya akui, menulis itu berat. Tantangan terberat untuk menulis adalah rasa malas. Jika rasa malas melanda, maka ide yang tadinya jernih pun ikut hilang antah berantah. Kali ini, saya datang tidak untuk menulis cerita ataupun puisi. 
Tapi, saya menulis untuk mengukirkan keinginan yang masih terberai. Agar kedepan, saya bisa tahu sebatas mana kekuatan dan tekad saya untuk mewujudkan. 

Sedari kecil, saya memiliki banyak keinginan. Dan keinginan tersebut sudahlah tentu ada yang terwujud dan juga ada yang masih dalam sebatas angan.
Apakah saya bisa mewujudkan semua keinginan saya yang hadir sejak kecil bahkan beriringnya saya tumbuh hingga menjadi seorang ibu keinginan akan hal-hal lain pun ikut berkembang?
Tidak! banyak keinginan memang, tapi saya sadar siapa diri ini. Kalaupun Allah mengijinkan saya untuk merangkul semua keinginan yang ada dalam pikir dan angan, maka saya akan sangat bersyukur. Tapi, lagi-lagi saya harus tahu kapasitas diri ini. Nah, dari sini saya  harus mulai belajar untuk memilah keinginan mana yang nantinya harus saya tekuni. 

Untuk memilah keinginan mana yang nantinya bisa saya tekuni, bagi saya ini merupakan hal yang sulit. 
Beruntung, saya mengikuti #Matrikulasi Ibu Profesional Bacth 3. Disini, kami mengikuti kelas yang diadakan secara online. Kelas dipandu oleh Fasilitator yang sudah teruji(in sya Allah) . Banyak kegiatan yang kami lakukan, diantaranya adalah penyampainan materi, diskusi, hingga pemberian tugas yang harus dikumpulkan sesuai jadwal. 
Materi pertama adalah tentang “ ADAB MENUNTUT ILMU” (penasaran?).

Seperti yang sudah saya paparkan, kami juga diberi tugas untuk dijawab dan juga dikerjakan secara nyata, adapun tugas-tersebuat adalah sebagai berikut. 

1. Tentukan satu jurusan ilmu yang akan anda tekuni di universitas kehidupan ini. 
Saya berpikir, saya tidak boleh salah mengambil jurusan. Apalagi ini adalah jurusan ilmu yang natinya akan menyangkut dengan kemaslahatan umum (lebay). Tapi benar, kemaslahatan umum ini adalah saya, suami, dan juga anak. Maka, saya harus mempertimbangkan dengan masak, meski sedikit banyak ego saya masih ikut serta. Ya, saya suka kegiatan social, saya suka baca buku, dan saya suka menulis (meski lebih banyak tidak menulis). Selain itu, saya suka mengajak anak tetangga main ke rumah untuk sekedar membaca buku cerita atau belajar bersama dan bermain bersama dengan anak saya. Selain itu, saya juga senang ketika ada seorang ibu datang ke rumah untuk bertanya “ini bacanya bagaimana?”. Maka saya tidak malu untuk mengajak ibu-ibu (yang mau) untuk belajar mengaji atau menulis. Dari sini, saya ingin bisa menjadi ibu teladan untuk anak-anak yang nantinya saya memiliki perpustakaan atau rumah baca. Di rumah baba saya diharapkan aka nada kegiatan yang dilaksanakan secara rutin, yaitu mendampingi anak-anak dan ibu-ibu untuk belajar menulis dan membaca.

2. Alasan terkuat apa yang anda miliki sehingga ingin menekuni ilmu tersebut.
Anak adalah titipan Allah dan harapan masa depan orang tua. Orang tua, terutama ibu adalah madrasah pertama dalam kehidupan anak. Dengan mendampingi anak-anak dan juga ibu-ibu yang membutuhkan, maka dari sini saya akan belajar menjadi ibu teladan bagi anak saya. 
Satu hal yang menjadi alasan saya adalah tempat tinggal. Ya, tempat tinggal  saya merupakan kampung yang lumayan jauh dari perkotaan. Dalam kehidupan di perkampungan, saya melihat banyak ibu-ibu yang “latah”, banyak ibu-ibu yang masih buta dalam pendidikan. Dan buta pendidikan bagi seorang ibu atau orang tua adalah sesuatu yang kurang sehat untuk masa depan anak. Satu hal lagi, fasilitas pendidikan di kampung juga masih minim.

3. Bagaimana strategi menuntut ilmu yang akan anda rencanakan di bidang tersebut?
Hal pertama yang harus saya lakukan adalah memantaskan diri terlebih dahulu (belajar). Menurut saya,  jika ada niat pasti akan banyak jalan untuk bisa menjadikan diri ini pantas. Diantaranya adalah mengikuti kelas yang di Matrikulasi Ibu Profesional, karena di sini saya bisa menimba ilmu baik materi dari kelas atatupun menimba ilmu secara langsung dari ibu-ibu yang luar biasa di Matrikulasi Ibu Profesional. Selain itu, saya membeli buku setiap bulan meskipun itu hanya satu untuk menambah koleksi rumah baca yang saya impikan. Saya membaca buku dan kembali menceritakan untuk anak saya ataupun anak tetangga. 

4. Berkaitan dengan adab menuntut ilmu, perubahan sikap apa saja yang anda perbaiki dalam proses mencari ilmu.
Agar mendapat ilmu yang berkah dan bisa manfaat, maka saya harus memperbaiki beberapa sikap saya, diantaranya adalah mengikuti kelas belajar baik offline ataupun online yang saya ikuti. Jika tidak bisa hadir, saya harus konfirmasi dengan pengampu di kelas offline. Jika ketinggalan materi atau diskusi dalam kelas online, yang harus saya lakukan adalah membaca materi yang diberikan oleh fasilitator dan juga mengikuti diskusi yang telah berjalan. Dan, bismillah saya akan belajar untuk disiplin dan mendokumentasikan kegiatan yang berjalan.  

Alhamdulillah, NHW #1 sudah terjawab. Semoga Allah mempermudah langkah saya dan juga sahabat semua. Amiin..