Kamis, 24 Februari 2011

Go to Paninggaran- Pekalongan #pemberangkatan

kini saatnya aku mulai perjalanan menuju Paninggaran - Pekalongan, dan semua diawali dari pemberangkatan dari kampus UGM.

 Rabu, 19 januari 2011

Ba’da magrib, sekitar pukul 06.30 sore saya sampai kampus untuk brifing dan persiapan pemberangkatan peserta TPL ke Paninggaran. Sesampai dikampuspun acara segera dimulai dan peserta TPL mulai brifing. Pertama adalah pembagian dusun dan ternyata saya mendapatkan dusun Sidomas yang berada di desa Winduaji bersama dengan teman saya yang sebelumnya kami sudah saling mengenal.
 Setelah itu ada waktu sekitar satu setengah jam yang bisa kami manfaatkan untuk beli makan atau apapun. Dan tepat pukul 21.30 kami berangkat menuju tempat TPL. Perjalanan ini yang begitu menyenangkan. Malam hari yang sunyi dengan iringan gerimis yang menjadikan perjalanan terasa menyenangkan. Menyenangkan buat saya, karena malam hari banyak menyimpan rahasia hidup dibalik pesonanya. Dan rahasia itu sering terlewatkan oleh saya karena mata yang enggan diajak kompromi. Sungguh, saya tak kuasa menanggung kantuk yang menggelayut di kedua mata saya.

Kamis, 20 januari 2011
Tak terasa, malam yang diselimuti dingin itu membawa bus bergerak cepat.  Pukul 02.30 kami sampai di Kajen- Pekalongan. Awalnya (kata beberapa panitia) bus diberangkatkan lebih awal karena mengingat jalan Magelang habus terkena banjir lahar dingin. Namun, ternyata jalan di Magelang tidak macet, jadi bus nyampe ditempat lebih awal dari perkiraan. Bayangkan saja, jam 02.30 dengan keadaan yang dingin dan ditambah hujan yang juga lumayan lebat. Peserta TPL harus turun dari bus karena sopir bus gak mau menunggu sampai datangnya doplak yang bakal mengangkut kami ke desa tujuan. Walhasil, kami harus turun berbondong-bondong ketempat ungsian, yaitu masjid Agung Kajen-Pekalongan. Ahahaha.. saya mengungsi dimasjid. Mengingatkan perjalananku sebulan yang lalu (lalalalala asyik...). disana saya duduk saja, sebenarnya ngantuk , tapi saya gak ingin tidur. Menikmati pemandangan yang ada sangat menyenangkan. Bagaimana tidak? Dengan rintik hujan yang menyelimuti malam, menjadikan masjid dan sekitarnya terlihat sangat mempesona. Saya menunggu waktu subuh datang, dan ketika adzan sudah berkumandang saya mulai bergegas mencari kamar mandi buat wudlu. Namun sungguh apes. Masjidnya belum dibuka dan kamar mandinya harus lewat dalam masjid. Jadi, saya harus menunggu masjid dibuka. Alamakk ni masjid gede – gede kok gak dibuka ya.... eh, giliran dibuka lampunya gak dihidupin dan juga gak ada jamaah sholat yang datang buat sholat berjamaah. Yang sholat hanya takmir masjidnya dan beberapa peserta TPL. Ya sudah, akhirnya saya ikut sholat berjamaah dengan imam dan juga peserta TPL yang ikut sholat shubuh berjamaah. Setelah selesai sholat saya kembali duduk di serambi masjid. Disana saya ngobrol-ngobrol dengan beberapa teman. Ya, tentang apa sajalah yang bisa menjadikan pagi tak membosankan. akhirnya penantian saya terjawab karena sekitar jam 07.00 pagi ada doplak yang datang, namun... oh ternyata itu bukan doplak yang mengankut saya. Beberapa menit kemudian ada doplak datang lagi. Dan ouuhhh,... tenyata juga itu bukan doplak yang mengangkut saya. Pada akhirnya sekitar jam 08.00 dua truk datang menjemput saya dan tema-teman lainnya yang masih tersisa di masjid. Lalu kami semua berangkat ke Paninggaran dengan naik truk. Asyik tenan.... karena apa? Dalam perjalanan saya benar-benar dibuat takjub oleh pemandangan yang ada. Anginnya sungguh membuat kulit termanjakan. Dinginnya sungguh membuat hati ini nyaman. Jalannya berkelok-kelok, membuat hati ciut namun sayang jika harus terlewatkan. Sepanjang jalan banyak perkebunan karet yang aku gak tahu punya siapa perkebunan sebanyak itu. Yang pasti perjalanan sungguh menyenangkan. Saya berbincang dengan teman disebelah saya, yaitu Citra. Dalam perjalanan itu saya naik truk dan saya harus berdiri demi bisa menikmati pemandangan yang ada. Saya bicara banyak hal dengan teman yang ada disebelah saya itu. Tentang keindahan alamnya, langit yang terbentang luas dengan diapit daun-daun yang rimbun. Embun juga saling bertebaran keluar dari celah-calah pohon, menjadikan alam kian mempesona.
Perjalanan memakan waktu sekitar satu jam, dan jam 09.00 saya sampai dikecamatan Paninggaran. Di kecamatan tersebut diadakan penyambutan oleh pak camat dan stafnya. Disitu pak camat memberi kata sambutannya dengan mengucapkan “selamat datang para peserta TPL dari UGM”. setelah itu ada juga penyerahan plakat dari panitia TPL kepada pak camat dan juga foto bersama. Setelah itu, sekitar pukul 10.00 kami langsung berangkat ke tujuan masing-masing dengan naik doplak. Pemberangkatan ini dibagi menjadi 3 doplak dan saya  naik doplak yang bertujuan ke desa Winduaji dan sekitarnya. Saya dan partner akhirnya turun di dusun Sidomas desa Winduaji. Saya turu persis dipertigaan dusun Sidomas dan akhirnya saya dan partner harus jalan keatas mencari rumah bu bau yang bakal saya tempati selama 2 minggu. Awalnya saya agak kebingungan ( mana rumahnya?). saya menelusuri jalan bebatuan yang menanjak keatas. Karena kebingungan kamipun bertanya dengan ibu-ibu tua yang sedang memotong kayu disamping rumahnya. Ibu tua itu bilang kalau rumah bu bau masih keatas lagi. Katanya rumahnya samping mushola warna hijau. Hatiku gembira karena sedikit saya berjalan keatas saya melihat mushola hijau. Namun ternyata rumah bu bau masih keatas lagi. Aduh,,, mana to rumahnya? Mana saya kebelet pipis lagi. Saya dan partner tetap menelusuri jalan bebatuan itu. Dan saya senang bukan main karena saya melihat ada kamar mandi umum. Paling tidak ini bisa mengobati saya yang sudah menahan pipis meskipun rumah bu bau belum juga tertemukan. Partner saya dengan baik hati menunggu saya yang masuk ke kamar mandi. Dan setelah itu, kami melanjutkan perjalanan. Dan sungguh menyenagkan dengan beberapa langkah saya melihat ada mushola. Aha!! Itu rumahnya. Dengan semangat saya naik menyusuri jalanan. Tanpa pikir panjang saya mengucap salam didepan rumah warna hijau. Alamak... saya malu benar yang ini. Ternyata yang disamping mushola persis bukan rumah bu bau. Namun rumah bu bau ada dsebelah baratnya.
Sekitar pukul 10.30 saya sampai dirumah bu bau. Capek bener booo... saya dan partner langsung dipersilahkan masuk bu bau yang keluar dari rumah tetangganya. Usut punya usut ternyata bu bau sedang rewang di rumah tetangganya yang akan punya gawe mantenan. Dirumah ibu saya dikasih minum teh hangat dan makanan ala kadarnya. Setelah sedikit basa-basi dengan ibu dan bapak, saya dan partner dipersilahkan untuk istirahat sejenak. Sekitar jam 11.15 saya dan partner  disuruh makan siang. Disini saya mengobrol dengan ibu dan bapak. Bapak sendiri sedang membenahi rumah dengan tukang yang disewa. Katany sih menggeser kamar tidur. Ibu sendiri seperi yang saya bilang diatas, yaitu sedang rewang dirumah tetangga yang mau punya gawe mantenan anak perempuan. Disana ibu membantu membuat jenang. Dan kata ibu di desa kerukunan dan gotong royang masih sangat kental. (beda banget sama dikota ya..? apa-apa bayar, dikit-dikit bayar...). ibu juga bercerita kalau ngojek ke kecamatan juga murah, katanya Cuma 5000.00. benarkah? (siapa mau mencoba??))
Setelah makan saya langsung kekamar mandi untuk wudlu dan langsung sholat dhuhur dikamar. Setelah itu saya tidur siang untuk menghilangkan capek2 yang ada di badan. Saya bangun sekitar pukul 15.30. niatnya saya mau langsung sholat ashar. Namun, sampai dikamar mandi, saya jadi mengurungkan niat saya, karena tamu bulanan saya datang (hahahaha). Akhirnya saya mandi sore saja. Wauw.. betapa dinginnya...seperti air di dalam lemari es...  mak nyesss..
Sekitar jam 16.00 anak-anak ibu sedang berkumpul nonton televisi. Anak ibu ada dua cewek semua. Yang satu kelas 3 SMP namanya Lia, yang satunya kelas 3 SD namanya Mala. Namun ibu dan bapak masih punya tanggungan 4 anak yang kata bapak 4 anak itu anak yatim, dan ditinggal ibunya bekerja. 4 anak ini terdiri dari 1 cewek yang dudk dikela 1 SMP namanya Santi, dan 3 cowok kecil yang masing – masing bernama Dani, Danu, dan Rizal yang ketiganya masih duduk di sekolah dasar.
Acara yang ditonton pada sore hari sekitar pukul 16.00 adalah Arti Sahabat, Pinguin, dan Sponge Bob. Tv dimatikan ketika adzan magrib berkumandang. Setelah magrib semua penghuni keluarga melakukan aktivitas. Anak-anak yang masih di SD belajar bersama ibunya, dan saya mulai usil ikut-ikut belajar bersama. (hihihi). Sedangkan bapak mengaji dan habis isyak bapak pergi tahlilan di rumah tetangga. Sedangkan Lia dan Santi sendiri pergi untuk berjanjian (dhibaan= membaca syair-syair arab bertujuan untuk mengingat Nabi Muhammad saw) dirumah tetangga juga. Akhirnya tinggallah saya beserta partner dengan ibu dan anak-anak. setengah 8 anak-anak selesai belajar dan langsung nonton TV, sedangkan ibu pergi kerumah tetangga untuk rewang lagi. Tinggallah saya yang mengantuk bersama anak-anak nonton TV. Berat benar mata ini, kuputuskan sekitar jam 20.00 lebih saya masuk kamar. Niatnya mau tidur-2an saja, e... malah bablas tidur sampe pagi. (alamak...))))


Rabu, 23 Februari 2011

Go to Paninggaran- Pekalongan

lama ku tak buka Blog. maaf, bukannya ku melupakanmu blogger..
kini akupun kembali tuk menjamahmu, dan aku tertarik untuk menuliskan petualanganku di Paninggaran selama dua minggu. 
ok, sebelumnya harus ku kasih tahu terlebih dahulu apa yang menjadi tujuan utamaku ke Paninggaran.
Sunggub ini akan menjadi liburan yang berkesan dan juga bermanfaat bagiku.

Selain untuk mengisi waktu libur, aku ke Paninggaran adalah untuk mengikuti penelitian yang diadakan oleh Jurusan Antropologi-FIB-UGM.

Penelitian ini sebenarnya merupakan kuliah lapangan jurusan Antropologi. 
namun, tidak ada larangan jika ada jurusan luar Antropologi yang ingin ikut penelitian tersebut. toh, penelitian itu juga terbuka untuk jurusan selain Antropologi.

tadinya saya bingung, haruskah ikut penelitian itu atau haruskah aku pulang kerumah untuk menghabiskan liburan selama kurang lebih satu bulan ini. 

lalu, kuputuskan aku mendaftar untuk ikut penelitian Lapangan tersebut.

Tema besar yang diusung oleh Jurusan Antropologi adalah " Potongan kota di Perdesaan". 

Maksudnya adalah, Desa Paninggaran adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Pekalongan. Desa tersebut berada di Pekalongan bagian selatan dan juga berada di pegunungan. Untuk mencapai ke Paninggaran harus melewati hutan karet dan juga jalan yang berliku... Dan desa yang ada di pinggiran Pekalongan tersebut sudah mulai terpengaruh dengan budaya perkotaan, gaya hidupnyapun juga sudah mulai terpengaruh gaya perkotaan. 

Banyak juga jalannya yang sudah beraspal, meski tidak kalah banyak juga jalanan yang masih berbatuan dan juga becek gak bisa dilewati roda.

Bagaimana cerita selanjutnya????

Ikuti terus petualangan Cenung di Paninggaran.....


To be continued.......