Kamis, 11 November 2021

4 Alasan Kenapa Saya Harus Kembali Menulis


Setelah sekian lama tidak bermain di dunia perblogingan, rasanya ada rindu yang menderu. Akhir-akhir ini saya sering membuka blog. lalu membuka 'entri baru'. Namun, entah mengapa saya hanya terpaku menatapnya. Jari-jari ini enggan untuk bergerak, padahal hati dan pikiran bergejolah ingin mengungkapkan rasa. 

Kacau! Dan berakhir pula pada halaman yang kosong.

Saya tidak ingin membiarkan hati dan pikiran ini bergejolak tanpa bisa terungkap. Dan sayang jika kepingan puzzle saya di blog akan berakhir di tahun 2017, padahal banyak cerita di tahun-tahun berikutnya.

Maka saya harus kembali. Memulai menuliskan sesuatu yang entah itu kamu suka atau tidak. 

Saya ingin mengapresiasi kepada diri saya sendiri dan juga sahabat semua yang sudah melakukan langkah besar, yaitu memulai sesuatu. Kenapa begitu? Karena memulai sesuatu itu tidak mudah, baik memuali menulis, memulai berbisnis, atau apapun yang ingin teman-teman mulai.

Saya memiliki banyak alasan, kenapa saya harus memulai menulis. Dan 4 diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Niat
Untuk memulai menulis, Saya memiliki niat yang kuat. Niat dari dalam sangat dibutuhkan agar raga mau bergerak. Dengan begitu, kita bisa memulai dengan perlahan sesuai dengan kemampuan diri.

2. Tujuan 
Saya menemukan hal yang menarik dalam menulis. Saya juga mulai mengetahui tujuan saya kenapa harus menulis. Selain untuk menyampaikan ide, unek-unek, juga saya bertujuan agar saya bisa mendokumentasikan kegiatan saya yang seru. siapa tahu bisa menjadi inspirasi buat teman-teman semua.

3. Belajar
Teringat sebaut syair, bahwa "Ilmu itu yang ada di dada, bukan di tulisan." Meski begitu, ketika saya bisa menuliskan kembali, bahkan bisa mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari tentang ilmu kehidupan yang saya dapat, maka di situlah hakikatnya saya menemukan makna tentang kehidupan. Jadi dengan menulis saya bisa belajar banyak tentang kehidupan, adab, dan juga banyak hal.

4. Memiliki Teman
Tidak hanya tiga hal di atas. saya juga ingin mengenal dan juga di kenal lewat tulisan yang saya bagi. Karena memiliki teman baru itu menyenangkan. Begitu pula menjaga pertemanan dengan teman-teman juga sangat menyenangkan. Maka, dengan tulisan kita bisa berbagi dengan asik.

So, tunggu apa lagi? Sepertinya saya harus mulai menulis sekarang juga!
Welcome Back di Dunia bloging dengan niat yang kuat dan kacamata baru. Semoga konsisten dan mendapatkan pengalaman yang luar biasa.

Selasa, 20 Juni 2017

Rakor dan Buber

"Kamu tau?  Aku ingin menuliskan sesuatu. " kata Kanan pada si Kiri.
"Apa?" kiri mengelap keningnya.  Lalu mendekati Kanan.  "Menulislah.  Aku akan menemanimu."
"Kamu tak ingin tanya apa yang ingin kutulis?" Kanan tampak ragu.
"Kamu selalu begitu. Mengajak diskusi,  lalu kecapekan saat kamu harus menuliskannya.  Hasilnya?" Kiri mencerna.
Kanan tertawa,  lalu mereka asik menulis dan sesekali bercanda ria untuk merefresh otak dan menggali ide.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Ini adalah tentang hari ini, di penghujung sore tanggal 19 Juni 2016. Aku dan temanku, Mbak Uwik datang ke acara rapat koordinasi PKH kabupaten Pati.  Kami berdua memilih berangkat ke Pati secara boncengan.  Banyak alasan,  diantaranya adalah:
1. undangannya sore,  otomatis pulang malam.
2. Yang datang perwakilan dua orang.

Fiks,  jam 15.00 kami berangkat.  Jalan dengan kecepatan normal,  sedikit bersantai sembari menikmati udara sore.  Sesampai di lokasi,  belum dimulai.
"Alhamdulillah,  gak telat,  Mbak." ucapku.
"Iya.  Duduk dimana,  Dik?"
"Sini yuk mbak." ajakku memilih bangku nomor dua.  Iya,  nomor dua.  Kami tidak memilih deretan pertama meski masih ada beberapa yang kosong. Tanya kenapa? Biar bisa bolos. Haha
Tapi ternyata,  kami mengikuti acara sampai usai.  Alhamdulillah.  

"terus apa yang yang didapat?  Bisakah kamu menceritakan ulang?" tanya Kiri pada Kanan.

Kanan memutar otak,  lalu diperas agar ingatannya kembali menjuat tentang materi yang disampaikan tadi sore.  Secara,  Kanan sadar tadi sore Cenung tidak mencatat.  Atau, malah Cenung tidak memperhatikan.
Satu persatu si Kanan mulai mengurai.
"Kamu tahu?  Tadi rakor yang diisi oleh pak korwil dilakukan by gadget." Kanan mulai mengingat.

"Kok bisa?  Itu gimana?" Kiri penasaran.
"Biasa aja.  Jangan katrok gitu." Kanan mulai sombong.  "Materinya dikirim ke Grup WA.  Lalu didonlod.  Nah,  itu materinya.  Pak korwil menjelaskan."

"Oke, tentang apa?" Kiri nggak sabar dan sebal.

"Intinya adalah tentang mekanisme penyaluran bantuan PKH yang akan dikakukan secara non tunai.  Yang harus kita lakukan adalah:
- memastikan keluarga Penerima Manfaat (KPM)  bisa hadir saat pembukaan rekening.
- memastikan semua data dukung KPM sudah cocok dengan data mandatory.
- melakukan edukasi kepada KPM terkait tata cara pengambilan uang bantuan di ATM,  terutama UNTUK KPM yang sudah tua dan belum tahu tata cara pengambilan uang di ATM.
- melakukan edukasi kepada KPM terkait tanggung jawab atas uang bantuan yang sudah dicairkan via rekening.  Artinya,  misalkan uang bantuan tahap 1 atau 2 sudah cair dan KPM meminta tolong kepada keponakan atau saudara untuk mengambilkan. Ternyata uang yang diberikan oleh saudaranya tidak sesuai dengan jumlah nominal yang seharusnya cair pada tahap tersebut,  maka hal tersebut bukan lagi tanggung jawab Pendamping."

Lalu kanan berhenti,  mengelus kening dan memandang gadget yang tak henti-hentinya mengabarkan ada pesan masuk.

"terus?" Kiri memukul kanan.  Kiri tak sabar mendengarkan lanjutannya.
"Duh,  bacalah sendiri.  Ini tak kasih materinya.  Nanti kalau gak paham tanyakan saja.  Teman-teman pasti siap bantu untuk menjawab.  Yang pasti,  beberapa tahapan sudah dilakukan." Kanan menyusupkan dirinya ke dalam kepala.

"Oiya,  usai materi,  acara ditutup.  Lalu adzan magrib berkumandang.  Terus para hadirin buka bersama.  Nikmatnya buka bersama,  meskipun beberapa ada yang memilih di teras dan di pinggiran mushola." Kanan berteriak dari dalam kepala.

Kiri pun mengejar kanan.

"Mbak,  gak makan?" tanya Cenung ke mbak Uwi yang masih membahas acara halal bi halal dengan teman-teman kawedanan.

"Di rumah saja,  kita pulang duluan wae yuk"
"Ayuk" Cenung menyetujui usulan mbak Uwi karena perut masih terasa kenyang.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Jumat, 07 April 2017

PASIR KELUARGA

Pasir.
 "Apa yang kalian ketahui tentang pasir?"
"Hitam,  kecil,  dan sebagai bahan untuk bangunan. "
Ya,  sayapun setuju.  Dan pasir merupakan bahan dasar untuk bangunan.  Lihat,  bangunan yang menjulang di kota-kota besar.  Tanpa pasir,  semua tak akan pernah jadi. Bahkan,  tanpa pasir setumpuk semen hanya akan teronggok di pojok ruang. 

Sama halnya dengan keluarga.  Keluarga lengkap adalah keluarga yang di dalamnya terdiri dari ayah,  ibu,  dan anak.  Tanpa anak,  sebuah keluarga akan terasa kurang utuh dan kurang sedap.  
Ya,  anak adalah kunci utama untuk bahagianya keluarga. 

Lalu,  ada apa dengan pasir dan anak?  
Jelas jauh.  Tapi ada satu hal yang bisa kita pelajari dari pasir.  Jika pasir adalah bahan dasar sebuah bangunan,  dan anak adalah kunci keutuhan dan kebahagiaan sebuah keluarga,  maka keduanya akan memiliki fungsi yang sama yaitu sebagai kunci utama terbangun bangunan yang kokoh. 

Tapi,  e tapi....  Untuk membangun bangunan yang kokoh tidak semudah yang kita bayangkan.  Semua butuh proses dan takaran komposisi yang sesuai.  Jika saja kita memperlakukan pasir dengan semena-mena,  atau menambahkan pasir tidak sesuai takaran pasti akan banyak hal yang terjadi.  Apa?  Bisa jadi bahan bangunan terlalu lembek atau terlalu kasar sehingga tidak bisa menghasilkan bangunan yang kokoh.  Parahnya,  bangunan itu bisa ambrol.  
Dan mari kita coba.  Jika kita hanya bermain pasir.  Apa yang akan kamu lakukan dengan pasir?  Membuat gunung,  atau apa saja yang terbayang dalam fikir.  Lakukan saja!  Saya yakin,  akan tercipta kreasi yang indah jika kita melakukannya dengan penuh cinta dan kesabaran.  
Tapi  jika kita meremas-remas pasir yang ada, maka semua tak akan jadi apa-apa.  Hanya akan ada pasir yang berserakan atau bahkan beterbangan entah kemana. 

Begitu pula anak.  Jika dididik dengan porsi yang pas,  in sya Allah akan bisa menjadi insan sholih yang menguatkan kebahagiaan keluarga. Namun,  jika terlalu sering orang tua meremas anak baik dari fisik atau non fisik maka tak ayal lagi anak akan sakit secara fisik maupun mental layaknya pasir yang berserak tiada arti. 

Dan,  marilah membangun sesuai komposisi dengan penuh cinta dan kesabarab agar terbangun bangunan yang indah dan juga kokoh. 

Rabu, 05 April 2017

Klating, Wisata Air Terjun

Air terjun.
Siapa yang tidak ingin mengunjungi?
Bahwa di bawah air terjun fikir ini bisa jernih. Dengan cipratan air nun jernih semua kejenuhan bisa mencair sehingga dunia terasa indah.
Cukupkah disitu?
Jelas tidak! Banyak hal yang bisa didapat dari air terjun.
Coba lihat,  terkadang percikan yang dibawa air terjun menggambarkan emosi kehidupan.  Kadang pelan,  kadang datar,  kadang indah menggemericik,  tapi kadang membuncah luber entah sampai kemana.

Air terjun.
Bisa menjadi tempat wisata yang menyenangkan dan menenangkan.

Indah ya.
Lalu,  dimana bisa ditemukan air terjun?
Air terjun banyak ditemukan di daerah dataran tinggi.
Dan kita bisa menemukan air terjun di Kecamatan Pucakwangi - Kabupaten Pati.
Yakin?  Ini benar.  Jika selama ini pucakwangi dikenal daerah pinggiran yang tidak memiliki potensi wisata,  ternyata itu salah besar.
Yakin?  Sayapun begitu.  Saya asli putra Pucakwangi.  Selama ini banyak merantau. Jadi,  tidaklah kenal dengan Pucakwangi yang memiliki banyak potensi.  Salah satunya wisata air terjun Klating.

Di Pucakwangi mana sih saya kok gak pernah tau? "
Lokasinya lumayan dekat dengan kecamatan Pucakwangi.  Tepatnya di Desa Mojoagung.  Kalau mampir ke sini,  jangan lupa foto-foto juga di persawahan ya...

Papan pengumuman. 

Team survey😂



Sabtu, 18 Februari 2017

NHW #4 –Mendidik Dengan Kekuatan Fitrah

NHW #4 ini layaknya tamparan bagi saya agar  terbangun dari mimpi yang selama ini saya susun dengan indah. Ya, sepertinya kali ini saya tidak usah panjang-panjang dalam berceloteh. Karena yang saya butuhkan kali ini adalah harus introspeksi, koreksi, memperbaiki atau menyesuaikan, lalu bergegas melakukan dengan sepenuh hati.
Baik, saya harus menilik kembali mulai dari NHW#1 hingga NHW#3.

A.  Mari kita lihat NHW#1, apakah samapi harri ini anda tetap memilih jurusan ilmu tersebut di Universitas Kehidupan ini?
NHW#1 adalah mencari jawaban ilmu apa yang akan saya tekuni di universitas kehidupan. Di NHW#1 ilmu yang saya pilih adalah ilmu tentang menjadi ibu teladan yang memiliki rumah baca/ perpustakaan. ya, dengan saya memiliki dan menghidupkan rumah baca, maka dengannya saya ibsa bergerak melakukan kegiatan-kegiatan yang positif dengan melibatkan anak sehingga saya bisa menjadi ibu teladan bagi anak saya.

B.  Mari kita lihat chekllist NHW#2, sudahkah kita belajar konsisten untuk mengisi checklist harian kita?
Belajar konsisten melaksanakan checklist yang sudah saya buat di NHW#2. Disini saya menyadari betapa sulitnya untuk bisa konsisten dalam kebaikan. Tapi saya bersyukur bisa ada di kelas Matrikulasi ini sehingga lecutan semangat untuk “memantaskan diri” selalu ada untuk diri ini. Semoga ke depan bisa terlaksana semua dengan baik.

C.  Baca dan renungkan kembali NHW#3, apakah sudah terbayang apa kira-kira maksut Allah menciptakan kita di muka bumi ini?
Saya adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki satu putra. Selain sebagai ibu rumah tangga, saya memiliki tugas sebagai fasilitator PKH. Kegiatan saya banyak bersama ibu-ibu. Karena tugas Fasilitator PKH adalah mendampingi ibu-ibu yang tergolong tidak mampu untuk mendapatkan bantuan dari pemerintah dan bisa mengelola keuangan bantuan tersebut untuk anaknya yang masih balita dan usia sekolah dengan baik. Bersama ibu-ibu dampingan saya, kami bisa saling berbagi ilmu yang kami punya.
Hal lain, Kecintaan saya dengan buku mengantarkan saya agar bisa mengoleksi buku sebanyak-banyaknya untuk bisa mendirikan Rumah Baca. Harapan saya, dengan adanya rumah baca, akan bisa menumbuhkan minat baca anak dan juga memberi kemudahan ibu-ibu yang membutuhkan buku baik buku tentang parenting ataupun buku lainnya sehingga kami bisa bermanfaat untuk masyarakat. Kegiatan yang saya buat di rumah baca saya laksanakan dengan melibatkan anak saya sehingga kami bisa sama-sama belajar.

Dari sini saya merasa menemukan visi dan misi dalam hidup, yaitu :
"menjadi ibu teladan bagi anak yang mampu meningkatkan minat baca anak-anak dan menyadarkan ibu-ibu tentang pentingnya pendidikan."

Bidang : Pendidikan Ibu dan Anak
Peran : Fasilitator, pustakawan

D.  Setelah menemukan 3 hal tersebut, susunlah ilmu-ilmu apa saja yang diperlukan untuk menjalankan visi dan misi hidup tersebut.
1. Ilmu seputar pengasuhan anak
2. Ilmu seputar pengelolaan rumah baca
3. Ilmu tentang berbagi manfaat kepada banyak orang

E.  Tetapkan milestone untuk memandu setiap perjalanan anda menjalankan misi hidup.
Di tahun 2017 ini, dengan usia 29 saya akan memulai dari KM0. Adapun milestone saya adalah sebagai berikut :

1. 2017 menguasai ilmu pengasuhan anak
2. 2018 menguasai ilmu pengelolaan rumah baca
2019 menguasai ilmu tentang kemanfaatan 3. dan mampu bernbagi manfaat kepada banyak orang.

F.  Koreksi kembali checklist di NHW#2, apakah sudah anda masukkan waktu-waktu untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut di atas.
Akan segera saya perbaiki, dan saat ini sdang proses menikmati pelaksanaan checklist yang sudah tersusun.

G.  Lakukan, lakukan, lakukan, lakukan
Bismillah, dengan izin Allah semoga bisa.😊

Salam Ibu Profesional,

Nur Hasanah