Sabtu, 05 Maret 2011

Paninggaran #part III (Penampungan air dari pegunungan)


tiga hari selanjutnya, setelah ku nikmati kehidupan didalam rumah bersama keluarga sederhana yang selalu mensyukuri keadaan dan kenikmatan dalam hidup, kini mulai ku buka mata, telinga dan juga mulai ku langkahkan kaki untuk menapaki jalan setapak demi melihat pemandangan di Sidomas dan sekitarnya.

selamat mengikuti  petualangan Cenung....

Sabtu, 22 januari 2011

Ouh.. saya kesiangan.. saya bangun pukul 06.00. untung saya lagi gak sholat..... bangun tidur saya langsung ke dapur bantu ibu yang masih sibuk masak. Setelah semua selesai saya langsung sarapan pagi.
Sekitar pukul 07.00 saya dikamar untuk menulis data harian. Saya senang kalau dikamar karena kamar saya berada dipinggir dan saya bisa langsung melihat pemandangan di luar. Sementara saya dikamar, bapak merapikan kamar yaitu memoles lantai kamar yang dengan semen, sedangkan ibu rewang dirumah tetangga. Sekitar pukul 08.00 ibu masuk kamar membawakan jenang (makanan yang terbuat dari ketan) yang dibawa dari rumah tetangga. Setelah sedikit saya memakan jenang tersebut, saya langsung kekamar mandi untuk mandi. Ketika saya mau kekamar mandi, saya bertemu bapak yang sedang menata kamar. bapak berkata kalau mau ke Paninggaran beli semen dan foto untuk membuat kartu pemilihan Bupati. Lalu bapak menawari saya mau nitip sesuatu apa tidak. Saya pun menjawab kalau saya tidak titip karena saya kira belum ada kebutuhan yang harus saya beli. Semua kebuhutan sudah saya bawa dari jogja. Setelah mandi, saya bersih-bersih kamar dan meneruskan menulis data harian.

  Sekitar pukul 09.30 saya keliling kearah barat, perjalanan ini sangat membuat saya kagum akan keindahan alam ini. Ternyata dusun Sidomas ini dikelilingi pegunungan yang sangat rindang. Saya juga melihat penampungan air yang digunakan warga untuk menyalurkan air yang digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari. Penampungan air  tersebut dari pegunungan, dan setiap satu penampungan bisa digunakan sekitar 18 keluarga untuk menyalurkan air. Disini saya bertemu dengan seorang ibu-ibu yang memerikasa keadaan saluran airnya. Ternyata salurannya buntu karena tersumbat sesuatu. Ibu tersebut bilang bahwa “air disini tidak pernah berhenti mengalir. Kalaupun berhenti mengalir pasti karena salurannya tersumbat sesuatu” kata ibu dengan logat khas ngapaknya.
penampungan air 

Setelah puas saya menikmati penampungan tersebut, Saya berjalan terus ke barat, di sana saya bertemu dengan seorang ibu-ibu lagi yang sedang menjemur padi hasil panen. Di dusun Sido mas menunjukkan bahwa masih sangat kental budaya jawanya, dalam hal ini yiatu ramah tamahnya warga yang saya jumpai. Ibu yang menjemur padi tadi menyapa saya dan kami saling berbincang. Ibu tersebut mengaku bahwa padi yang dijemur adalah padi saudaranya. Ibu tersebut belum panen. Selesai saya berbincang dengan ibu-ibu tadi, saya berjalan lagi kebarat, saya menemui banyak hal disana, ada anak-anak kecil yang bermain ayam, ada anak perempuan yang menggendong adiknya di depan rumah, dan saya juga menemui beberapa gerombol petani yang sedang memanen padinya. Cara memanennya masih sangat tradisional, karena para petani tersebut memanen dengan cara memukulkan padinya pada kayu yang digunakan sebagai alatnya setelah itu, sisa –sisa padi yang masih  menempel pada batangnya lalu ditumbuk agar padinya tidak terbuang sia-sia. Selain itu, ada banyak juga bapak-bapak yang memikul rumput hasil ngarit untuk makanan ternaknya. Setelah itu, saya berjalan lagi, dan ternyata perjalanan saya sampai didusun sebelah, yaitu dusun mlumbungan. Ah, ternyata jauh juga perjalanan saya. Senang...... namun karena gerimis, saya memutuskan untuk putar balik, yaitu pulang kerumah saja.

Sesampai di rumah, sekitar jam duabelas. Dan ternyata di rumah sedang ada tamu pamong desa sedang berbincang-bincang dengan partner saya dan ibu. lalu saya bergabung dengan mereka. Bapak pamong desa banyak bercerita tentang desa Winduaji. Beliau berkata bahwa desa winduaji merupakan desa yang ormas islamnya terkuat dibanding desa –desa lain yang ada di Paninggaran. Setelah itu, kami langsung makan bersama. Menu makan siang ini sangat istimewa menurut saya. Sebenarnya makanannya sederhana, tapi untuk cuaca dingin seperti ini, menu sambal bawang dengan lauk ikan pindang dan nasi hangat sangatlah nikmat. Apalagi melihat pak pamong yang makannya begitu nikmat dengan tambahan lalap, yaitu jengkol. Memang, jengkol adalah lalap yang digemari oleh keluarga di Sidomas. Selain memang banyak pohonnya, jengkol juga bisa meningkatkan nafsu makan.

Sekiar pukul dua, saya turun kebawah (arah timur), yaitu mau ke dusun Simbang. Tadinya saya mau membeli perdana XL dan sekaligus mengantar partner yang mau ngasih mantol kepada Hendi. Karena hujan, saya menggunakan payung yang selalu saya bawa kemanapun saya pergi. Saya menapaki jalan setapak yang begitu licin dan curam. Mengerikan sekali jalanan yang menuju Simbang ini, berbeda dengan jalan yang menuju dusun mlumbungan. Jalan yang menuju Simbang ini berbatu dan berkelok-kelok, sangat curam dan jarang dilalui kendaraan. Ketika perjalanan saya hampir sampai di jembatan yang menjadi batasan antara dusun Sidomas dengan simbang, saya berjumpa Hendi yang tadinya mau keteku di Simbang. Akhirnya kami ngobrol sebentar dengan Hendi. Ketika itu, Hendi mengendarai honda Yamaha Jupiter Z milik pak dukuhnya. Karena hujan dan dingin, tidak sadar kami malah berbelok arah untuk pulang, saya lupa akan tujuan awal yang satu, yaitu  membeli kartu perdana. Ya sudah tak apa. Akhirnya saya tetap jalan keatas menapaki jalanan yang licin. Sepanjang perjalanan saya melihat rumah yang berjejer-jejer. Bentuk rumahnya hampir sama satu sama lain, yaitu berbentuk minimalis dan terbuat dari kayu.

Saya juga menemui seorang ibu-ibu yang sedang menggendong anaknya didepan rumahnya. Anaknya perempuan dan baru berusia 4 bulan. Hal ini juga menguatkan akan keramahan penduduk Sidomas, karena ibu trsebut menyapa saya dan partner saya. Akhinya saya mampir sebentar. Ada sesuatu yang membuat saya heran, yaitu saya melihat telinga bayi kecil itu tidak dipakaikan anting-anting mas seperti kebanyakan bayi kecil yang saya lihat dirumah ataupun dijogja. Namun, telinga bayi kecil tersebut di beri benang warna hijau yang dilingkarkan pada kedua telingan bayi kecil tersebut.

Saya juga melihat angsa yang dengan asyiknya bermain dijalanan. Selain itu, ada juga cowok-cowok ABG yang iseng menggoda ketika saya sedang berjalan. suara mereka terdengar sampai telinga saya “cewek.... wah mesti orak cak kenek kuwi..”. aih,,, logatnya bisa membuatku tersenyum. Sesampai dirumah, ada Pak tua, tetangga sekaligus saudara ibu  yang sedang makan bersama dengan bapak dan ibu. Saya menyapa kakek yang memakai baju warna hitam dan memakia sarung itu. Lalu saya masuk kamar untuk istirahat. Namun, siang ini saya tidak bisa tidur karena anak-anak ibu dan juga Pak Tua ternyata sedang menonton pengajian “goro-goro” dari semarang. Mereka menonton pengajian tersebut dari Cd yang di nyalakan di VCd player. Saya mendengarkan dari dalam kamar, karena selain pengajiannya seru, suara Tvnya juga keras, sehingga membuat saya tidak bisa tidur dan ingin mengikuti alur pengajian tersebut.
Sore hari, sekitar jam setengah lima saya kebelakang. Sebelum saya masuk kekamar mandi, saya melihat bapak dan ibu sedang asyik didapur. Bapak sedang menyiapkan kabel yang nantinya mau digunakan dirumah tetangga yang mantenan. Ibu sedang memasak, lalu saya duduk didepan api untuk menghangatkan badan. Setelah badan saya sudah mulai hangat, saya masuk kamar mandi.. Saat itu, Santi dan Lia sedang menyetrika.

Sekitar jam lima saya bermain dengan anak-anak ibu yang sedang nonton film spongebob, arti sahabat, dan pinguin madagaskar. Sinyal TV yang bisa memang hanya Indosiar, RCTI, da Global TV. Jadi, acara TV yang dilihat hanya di tiga stasiun TV tersebut. kalau melihat acara lain di TV, mereka menonton CD. Koleksi Cd dirumah ada beberapa macam, ada pengajian dari semarang yang judulnya goro-goro, ada lagu dangdutan, ada juga band-band lama seperti Wali dan ungu, dan juga ada beberapa kartun yang tampaknya suah usang.
Waktu magrib anak-anak pergi ke mushola untuk sholat magrib berjamaah, namun kali ini bapak dan ibu tidak pergi ke mushola karena ada saudara yang datnag. Mereka masih mengobrol. Selain itu, anaknya yang paling kecil, yang berumur 9 tahun juga tidak pergi ke mushola. Lalu saya mengajari membaca pelajaran agama dan bercerita tentang apa yang sudah dibaca  oleh anak ibu yang paling kecil. Sampai keponakan ibu yang laki-laki datang, saya masih bersama dengan anak ibu yang paling kecil. Setelah itu, mereka semua belajar untuk pelajaran esok hari. Lalu saya diajak makan bersama oleh bapak dan ibu. Kali ini porsi makan saya lumayan banyak karena suasana dingin memang dengan cepat membuat perut lapar. Saya memakan dengan lahap makanan yang tersedia. Kali ini ibu membuat sambel ikan panggang, ada ikan pindang, dan juga tempe. Dan pasti, suatu keharusan buat bapak adalah adanya jengkol sebagai pelengkap makan. Oya, karena yang makan jengkol hanya bapak, jadi malam itu bapak membuat sambal bawang sendiri buat melengkapi menu malamnya.

Selesai makan anak-anak ibu yang besar datang dari mengaji. Mereka langsung makan malam. Namun, bapak melarang Lia, anak ibu yang paling besar untuk makan karena masih ada tanggungan yang harus diselesaikan Lia, yaitu mencari senter yang dari dari sore dicari tidak ketemu. Setelah semua anggota keluarga berputar-putar mencari senter, ternyata Santi, keponakan bapak menemukan senternya di rak piring. Ah,, memang dasar Lia teledor.... setelah ketemu, Lia dan Santi makan malam. Dan mbak karomah, tetangga ibu yang mau menikah  juga datang minta di SMS kan kepenjual pulsa. Kebetulan yang punya no  hp penjual pulsa memang hanya keluarga ibu.
setelah isyak, bapak mengantarkan pulang saudaranya yang orang simbang dengan membawa senter. Ibu dan mbak Karomah masih mengobrol, lalu saya menggabung dengan anak-anak yang menonton TV. Acar yang ditonton malam inipun tidak beda jauh dengan malam-malam sebelumnya, yaitu nada-nada cinta, Cinta Fitri, dan OVJ.
Jam 09.00 malam saya masuk kamar. sebelumnya saya kekamar mandi untuk pipis dan cuci muka. bapak juga tampaknya sudah siap untuk tidur, begitu juga dengan ibu. Karena keduanya sudah memakia jaket tebal dan sarung. Anak-anak ibu juga sudah pada bersiap untuk tidur. Selamat malam semuanya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak di blog saya.. :-)